27 Agustus 2009


BUDAYA ONTOLOGIS DALAM MUSIK MODERN

Salah satu hal yang mempengaruhi estetika musik di Indonesia adalah Budaya Ontologis. Bentuk budaya ini berawal dari datangnya masyarakat budaya Barat ke Indonesia, yakni setelah masa Renaisains abad ke-15 dan ke-16 di Eropa. Dengan datangnya budaya barat itu, nilai-nilai barat pun mulai berkembang di Indonesia.

Istilah “Budaya Ontologis” dipopulerkan oleh Van Peursen. Menurut Van Peursen, Budaya Ontologis merupakan bentuk pemikiran yang lebih bersifat formal, resmi, dan teratur. Dengan berdasarkan nilai ini, segala sesuatu memiliki aturan yang jelas sehingga setiap orang memiliki pengertian yang sama akan suatu hal. Kumpulan nilai-nilai seperti inilah yang oleh Van Peursen dinamakan Budaya Ontologis. Cara berpikir demikian juga disebut sebagai cara berpikir orang modern.

Namun, Budaya Ontologis lebih diterapkan dalam musik klasik. Keberadaan aturan yang pakem (jelas dan standar) dalam musik klasik menunujukkan ciri khas dari Budaya Ontologis. Aturan pakem itu dapat terlihat dalam partitur yang digunakan dalam musik klasik. Di sana, tercantum dengan jelas tempo yang harus digunakan dan dinamika yang harus dimainkan. Bagian mana yang harus dimainkan secara mengalun, bagian mana yang harus dimainkan dengan hentakan, bagian mana yang berbunyi lembut, bagian mana yang berbunyi keras, dan sebagainya. Semuanya diatur dengan sangat jelas dan rapi. Setiap orang yang membaca partitur tersebut akan menghasilkan bunyi yang sama. Aturan ini pun seringkali berada pada tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Dengan demikian, tidak mengherankan jika musik klasik terus dijadikan barometer (tolak ukur) keterampilan bermain musik internasional.

Berbeda dengan musik modern yang lebih mengedepankan unsur kebebasan berekspresi. Musik Modern memberikan ruang bagi pemusik khususnya para generasi muda untuk bereksperimen dengan jenis musik yang mereka gemari. Bukan saja kebebasan berekspresi dalam jenis musik yang terkandung dalam musik modern,( khususnya di Indonesia) kita juga melihat adanya kebebasan mempergunakan syair lagu itu sendiri. Jika lagu-lagu zaman dahulu lebih cenderung menceritakan runtut suatu kisah mengenai tema lagu itu, pada saat ini musik modern malah terkesan seperti puisi-puisi modern yang terkadang hanya mempergunakan satu bait kata dan diulang secara terus menerus hingga lagu berakhir. Sebagai contoh kita bisa melihat pada lagu Melly Goeslaw yang berjudul “I JUST WANNA SAY I LOVE YOU”.

Musik modern merupakan pembaharuan dari musik klasik. Oleh karena itu, musik modern ini tidak bisa kita pisahkan dari musik klasik. Bentuk budaya Ontologis juga masih terdapat dalam musik modern ini. Lagu-lagu jenis pop yang dinyanyikan oleh banyak penyanyi terkenal merupakan suatu bentuk budaya ontologis. Lagu-lagu itu biasanya tercipta dalam aturan yang telah dikembangkan dari akar musik klasik. Ada partiturnya, ada ketentuan dinamika yang jelas, dan sebagainya. Contoh konkrit misalnya, gubahan lagu yang dilakukan composer Erwin Gutawa untuk konser-konser beberapa penyanyi seperti Krisdayanti, Titi Dj, Ruth Sahanaya, dan lain-lain. Ini merupakan suatu bentuk budaya Ontologis. Gubahan lagu itu diperuntukkan bagi pemain musik dalam konser. Hal ini kemudian menjadi patokan aturan yang akan mendasari permainan musik secara keseluruhan. Dengan demikian kita dapat simpulkan, budaya Ontologis masih melekat dalam semua jenis musik, baik musik klasik maupun modern. Budaya ontologis masih menjadi dasar dibuatnya sebuah karya musik (lagu).

SUMBER : Tyas, Hartaris Andijaning.Seni Musik SMA untuk SMA kelas X.Erlangga.Jakarta:2006.

19 Agustus 2009
Jika setiap hal yang kulakukan selalu salah bagi mu, maafkanlah...
Jika ucapanku pernah lukai hatimu, maafkanlah.....
Jika kata maaf tak berkenan hadir darimu, aku terima....


MARHABAN YA RAMADHAN...........


d'bulan penuh kesucian ini, aku bertekad merubah sifat-sifat yang yang tidak baik dalam diriku
jadikan ramadhan bulan ampunan
untuk lebih baik di masa depan
Ya Allah, dapatkan aku menggapai cita-citaku
sehingga akhirnya aku dapat membahagiakan kedua orangtuaku & keluargaku...
amin...

Kenapa harus kesendirian yang selalu temaniku?
jiwaku berlabuh tenang dlm ksndirian itu,,,
tapaki jalan yang ku sendiri tak tahu arahnya...
ke mana lagi harus ku berserah....

kutatap sajadah yang terbentang di hadapanku
namun tak jua ketenangan itu kudapatkan...
mengapa begitu sulit hati ini tuk gapai jiwa yang tenang?

Resah, Cemas, Gamang, Gundah
temani langkah raguku tuk cari masa depan
benarkah ini jalan yang ku tuju?
18 Agustus 2009
Adakah perubahan itu abadi?
Kenapa ini yang kudapatkan setelah sekian lama k'b'samaan kita?
Itu bukan dirimu yang selama ini aku kenal.......
Bukan seseorang yang slama ini selalu temaniku menggpai cita-cita...
Bukan seseorang yang slalu bahagiakan ku slama ini....

Kenapa harus berubah jika itu membawa masalah?
apakah karena dirimu telah bosan dengan semua ini...
bertekad tinggalkan ini demi mereka........?

Tak tahu langkah kuarahkan jika itu terjadi.....
Dua kali bukan hal yang mudah untuk dilakukan
Untuk sebuah kesalahan yang bagi orang lain mungkin tak kan bisa dimaafkan...




13 Agustus 2009


PACU JALUR? AWAK NAN PUNYO.....!


Pacu jalur memang baru saja berakhir, namun kemeriahannya masih terasa. Pacu jalur merupakan pesta tahunan rakyat yang telah berlangsung selama ratusan tahun yang lampau. Meskipun demikian terasa sekali perbedaan pacu jalur pada zaman dahulu dengan pacu jalur yang diadakan pada saat ini. Nilai-nilai budaya yang menjadi tonggak utama pelaksanaan event rakyat ini berangsur-angsur mulai hilang seiring dengan berkembangnya zaman.

Contoh kecil mulai hilangnya nilai budaya itu seperti tujuan masyarakat pergi ke Taluk Kuantan itu sendiri. Kalau dulu, masyarakat pergi memang murni untuk menyaksikan jalannya Pacu Jalur itu, tapi untuk saat ini mereka lebih banyak pergi untuk sekedar berbelanja atau menghabiskan uang saja. Sungguh suatu perbuatan yang sia-sia saja. Bahkan ada di sebagian kecil masyarakat khususnya pada kaum ibu yang memang sengaja menabung untuk menyambut pacu jalur itu. Memang hal ini baik untuk mengantisipasi keinginan yang muncul tiba-tiba pada saat menonton pacu jalur, namun ini sama saja dengan mempersiapkan diri untuk membuang uang.

Alangkah lebih baiknya jika kita memaknai pacu jalur itu tidak lebih dari sekedar event budaya saja, namun juga untuk menambah dalam kecintaan kita terhadap Rantau Kuantan ini. Pacu Jalur merupakan budaya asli kita. Jangan sampai budaya kita ini pada akhirnya pun diakui Negara lain sebagi budaya asli mereka. Karena seperti kata pepatah “Sesuatu itu menjadi sangat berharga bagi kita pada saat ia sudah menjadi milik orang lain”. Jangan sampai Kuantan Singingi mengalami nasib yang sama dengan beberapa daerah yang telah kehilangan budaya asli mereka. Karena budaya pacu jalur merupakan warisan turun temurun yang telah ditinggalkan pera leluhur kita untuk dilestarikan. Hingga pada akhirnya anak cucu kita pun di kemudian hari dapat menyaksikan event pacu Jalur itu secara langsung, tidak hanya dalam sebuah cerita saja.


Saya itu....

Foto Saya
Rizke wiliyanti
Taluk Kuantan, Riau, Indonesia
Anak ke 2 dari 3 bersaudara. lahir di Bengkalis pada tgl 16 maret 1992. Saat ini sedang menempuh penidikan sarjana Strata-1 Ekonomi jurusan Akuntansi di Universitas Riau. Menghabiskan masa kecil di desa Pasar Benai,,sebelum akhirnya memasuki jenjang SMA di SMA.N Pintar Kab.Kuantan Singingi. Saya bahagia dengan hidup saya saat ini. Bersyukur pada Allah SWT yg masih memberikan keluarga yang utuh & harmonis. :) I Love My family.. Jangan takut mencoba hal yang baru, gapailah impianmu. Tapi ingatlah, tak peduli kemana kamu pergi, KELUARGA tempat kamu kembali. this is my motivation..suatu hari,,aku akan suskes dan membahagiakan keluargaku. aku JANJI....!
Lihat profil lengkapku

Time

Baru saja berkunjung

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

wLy say's...

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang..MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh.

Followers

my LupH fAmiLy

my LupH fAmiLy

Sang Perintis '07

Sang Perintis '07